PEREKONOMIAN INDONESIA
DAMPAK INFLASI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2012-2017
PENGERTIAN INFLASI
Inflasi merupakan keadaan yang mengakibatkan naiknya harga secara umum
atau proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Dengan kata
lain inflasi merupakan proses menurunnya nilai uang secara kontinu.
Inflasi sendiri merupakan proses peristiwa dan bukan tingkat tinggi
rendahnya harga. Artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum menunjukkan
inflasi. Inflasi bisa dianggap apabila terjadi proses kenaikan harga yang terus
menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.
Adanya kenaikan harga yang terjadi secara terus-menerus membawa kerugian
berbagai pihak, baik pihak pemerintah, pengusaha maupun para konsumen. Mengapa
terjadi Inflasi? Apa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi? Masalah
inflasi dapat terjadi karena disebabkan berbagai faktor, beberapa diantaranya
adalah faktor adanya kenaikan biaya produksi, faktor terjadinya kelebihan
permintaan atas barang dan jasa, faktor terjadinya kelebihan jumlah uang yang
beredar dan penimbunan barang oleh para pedagang.
DAMPAK
INFLASI TERDAPAT PEREKONOMIAN
Inflasi sebenarnya tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian.
Inflasi yang terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan perekonomian.
Berikut adalah dampak-dampak inflasi terhadap perekonomian khususnya negara dan
masyarakat.
1.
Dampak
inflasi terhadap pendapatan
Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat.
Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi
misalnya inflasi ringan atau lunak, inflasi dapat mendorong perkembangan
perekonomian. Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya.
Dengan demikian akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya
pendapatan seseorang.
Sayangnya
tetap ada dampak negatif yang ditimbulkannya inflasi diantaranya adalah inflasi
dapat merugikan masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, alasannya apabila
jumlah uang penghasilan tetap tersebut jika ditukarkan dengan barang maka hanya
mendapatkan sedikit.
Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi
berikutSebelum inflasi orang yang menerima pendapatan 100 ribu dapat membeli 100
kg beras seharga 1000 per KG. Karena inflasi maka beras yang harganya semula
1000 per kg menjadi 1250 per kg. Akhirnya kini 100 ribu hanya dapat 80 kg yang
semula 100 kg.
Dapat kita simpulkan bahwasanya ada penurunan nilai
tukar sebesar 20 kg (100 kg dikurangi 80 kg). Sebaliknya orang yang berutang
beruntung karena dia membayar dengan harga beda sebelumnya.Anggaplah ada petani
mempunyai utang ke orang 100 ribu. Sebelum inflasi petani harus menjual beras
100 kg untuk bisa lunasi utangnya. Akan tetapi karena inflasi terjadi
sesudahnya, maka harga beras naik menjadi 1250 rupiah per kg. Maka petani
tersebut untung karena dia cukup menjual 80 kg untuk membayar utangnya tersebut
sebesar 100 ribu.
Dengan demikian jelaslah bahwa inflasi dapat
menurunkan pendapatan riil (nyata) yang dimiliki masyarakat. Dampak inflasi
akan semakin terasa pada masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, seperti PNS
dan sebagainya.
2. Dampak Inflasi Terhadap Ekspor
Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor
berkurang . Masalah inflasi yang terjadi dalam negeri mengakibatkan harga
barang-barang produksi dalam negeri menjadi lebih mahal daripada harga
barang-barang produksi dari luar negeri.
Hal ini
mengakibatkan barang-barang produksi dalam negeri menjadi saing
denganbarang-barang produksi dari luar negeri.Sehingga nilai ekspor menjadi
lebih kecil daripada nilai impor, hal ini menyebabkan neraca perdagangan
menjadi defisit, selanjutnya adanya defisit tersebut dapat menghabiskan
cadangan devisa negara.
3.
Dampak
Inflasi Terhadap Minat Orang Untuk Menabung
Pada masa inflasi, laju inflasi menyebabkan
berkurangnya pendapatan riil para penabung akibat hanya sedikitnya
berkurangnya jumlah bunga yang diterima. Misalnya bulan januari tahun 2006
seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito 1 tahun.
Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar misalnya
15 % pertahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang januari 2006 – januari 2007
cukup tinggi, katakanlah 11% maka pendapatan dari uang yang didepositokan
tinggal 4% minat orang untuk menabung akan berkurang.
- Dampak Inflasi Terhadap Minat Orang Investasi
- Dampak inflasi terhadap kalkulasi harga Pokok
Kondisi perekonomian suatu negara akan menjadi berbahaya apabila inflasi dalam tingkat tinggi, oleh karena itu, inflasi harus segera diatasi. Tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi inflasi dapat berupa kebijakan moneter, kebijakan fiskal atau kebijakan lainnya.
CARA MENGATASI INFLASI
Dalam mengatasi inflasi
ada beberapa cara yang bisa dilakukan diantaranya adalah adanya kebijakan moneter
yaitu tentang masalah jumlah peredaran uang di masyarakat dan kebijakan fiskal
yang lebih menuju pengeluaran dan pendapatan pemerintah, berikut materinya.
1.
Kebijakan
Moneter
Kebijakan moneter diambil dengan maksud untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Bank sentral sebagai
pemegang otoritas di bidang keuangan dapat mengambil beberapa kebijakan untuk
menekan laju inflasi. Kebijakan itu antara lain sebagai berikut
a. Kebijakan penetapan persediaan kas
Dengan
penetapan jumlah persediaan uang kas di tiap-tiap bank maka bisa mengurangi
jumlah uang yang beredar di masyarakat. Untuk masalah ini hanya Bank sentral
yang dapat mengambil kebijakan tersebut. Dengan mewajibkan bank-bank umum untuk
meningkatkan persediaan kas, maka jumlah uang yang dapat diedarkan oleh
bank-bank umum menjadi sedikit. Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi
dapat ditekan.
b. Kebijakan diskonto
Untuk
mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan cara
meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk
menabung. Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang,
sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
c. Kebijakan operasi pasar terbuka
Melalui
kebijakan operasi pasar terbuka, ada cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi
peredaran uang diantaranya adalah menjual surat-surat berharga yang hanya bisa
dilakukan oleh bank sentral. Misalnya dengan menjual Surat Utang Negara (SUN).
Uang yang beredar akan semakin sedikit apabila banyak surat-surat berharga
pemerintah banyak yang terjual.
2.
Kebijakan
Fiskal
Langkah atau cara dalam mempengaruhi pendapatan dan
pengeluaran pemerintah adalah Kebijakan fiskal. Dengan mempengaruhi penerimaan
dan pengeluaran pemerintah akhirnya bisa untuk mempengaruhi tingkat inflasi.
Beberapa kebijakan fiskal diantaranya.
a. Menghemat pengeluaran pemerintah
Pemerintah
dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Sehingga permintaan akan barang dan jasa berkurang yang pada
akhirnya dapat menurunkan harga.
- Menaikkan Tarif Pajak
Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan
tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk rumah tangga dan perusahaan akan
mengurangi tingkat komsumsi. Pengurangan tingkat komsumsi dapat mengurangi
permintaan barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.
- Kebijakan Lain di Luar Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Umumnya pemerintah masih masih mengatasi dampak
inflasi dengan cara melakukan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi
Selain kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah masih mempunyai cara lain.
Cara-cara tersebut diantaranya sebagai berikut.
- Peningkatan produksi dan Penambahan barang
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk produsen
menambah produksi diantaranya adalah beberapa perusahaan yang bisa memenuhi
target diberi premi atau subsidi. Selain itu untuk menambah jumlah barang yang
beredar, pemerintah juga dapat melonggarkan keran impor. Misalnya dengan
menurunkan bea masuk barang impor internasional.
- Menetapkan Harga Maksimum
Untuk solusi ini pemerintah kita bisa mematok
harga untuk jenis barang tertentu. Inflasi dapat dikendalikan apabila
ditetapkannya harga tersebut. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau
penetapan itu tidak realistis dapat berakibat terjadi pasar gelap (black market).
Berikut adalah data inflasi di Indonesia pada tahun
2012 – 2017 :
KOTA
INFLASI
|
INFLASI
(UMUM)
|
|||||
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
2016
|
2017
|
|
TAHUNAN
|
TAHUNAN
|
TAHUNAN
|
TAHUNAN
|
TAHUNAN
|
TAHUNAN
|
|
INDONESIA
|
4,3
|
8,38
|
8,36
|
8,35
|
3,02
|
3,61
|
Dari data diatas inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 – 2014.
Setelah saya mencoba mengakses terdapat informasi mengenai inflasi pada 2013.
Berikut adalah berita mengenai penyebab tingginya inflasi pada tahun tahun 2013
yang berasal dari detik.com :
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan
inflasi pada tahun 2013 adalah sebesar 8,38%. Angka tersebut jauh di atas
target pemerintah pada APBN Perubahan 2013 yang dipatok sebesar 7,2%.Kepala BPS
Suryamin menyebutkan penyebab utamanya adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) bersubsidi, dengan premium menjadi Rp 6.500/liter dan solar Rp
5.500/liter. BBM memberi andil atas inflasi sebesar 1,17%.
"Paling besar
penyebabnya adalah Bensin 1,17%," ungkap Suryamin dalam konferensi pers di
kantor pusat BPS, Jakarta, Kamis (2/1/2014).Kenaikan harga BBM juga membuat
harga beberapa komoditas lainnya merangkak naik. Seperti
dilaporkan tarif angkutan dalam kota memberikan andil inflasi 1,75%."Ini
secara langsung tarif angkutan dalam kota naik 1,75%," sebutnya.Berikut
adalah daftar pendorong inflasi terbesar di tahun 2013 :
Bawang
merah 0,38%
Tarif
Listrik 0,38%
Cabai
merah 1,31%
Ikan
segar 0,3%
Beras
0,2%
Nasi
lauk 0,2%
Rokok
kretek filter 0,19%
Tarif
angkutan udara 0,19%
Tarif
tukang bukan mandor 0,16%
Upah
pembantu rumah tangga 0,1%
Dan
berikut berita mengenai penyebab tingginya tingkat inflasi pada 2014 :
JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat
inflasi nasional pada 2014 mencapai 8,36 persen, atau sedikit lebih rendah dari
laju inflasi pada 2013 sebesar 8,38 persen. "Inflasi nasional lebih rendah
dari 2013, meskipun sama-sama tinggi, akibat terjadi kenaikan harga BBM,"
kata Kepala BPS Suryamin dalam pemaparan di Jakarta, Jumat (2/1/2015).
Ia menjelaskan tingkat inflasi yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh
komoditas yang harganya berfluktuasi sepanjang tahun 2014, diantaranya bensin
yang menyumbang andil 1,04 persen. Selain itu, tarif listrik menyumbang andil
inflasi pada 2014 sebesar 0,64 persen, angkutan dalam kota 0,63 persen, cabai
merah 0,43 persen, beras 0,38 persen dan bahan bakar rumah tangga 0,37 persen.
Komoditas lainnya seperti tarif angkutan udara juga ikut menyumbang laju
inflasi nasional 2014 yaitu 0,22 persen, diikuti oleh cabai rawit sebesar 0,19
persen dan nasi dengan lauk 0,18 persen. Secara keseluruhan, tingkat inflasi
nasional dipengaruhi oleh tingginya laju inflasi pada Desember 2014 yang
tercatat mencapai 2,46 persen, karena terkena dampak kenaikan harga BBM bersubsidi
pada November lalu. Sementara, inflasi komponen inti Desember 2014 tercatat
sebesar 1,02 persen dan inflasi inti secara tahunan (yoy) mencapai 4,93 persen.
Kelompok yang menjadi penyumbang inflasi tinggi pada Desember antara
lain kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 5,55 persen, diikuti
kelompok bahan makanan 3,22 persen. "Kelompok transportasi menyumbang
inflasi tinggi, karena tarif angkutan kota terkena dampak dari kebijakan
pemerintah yang menyesuaikan harga premium dan solar," ujar Suryamin.
Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, inflasi sebesar
1,96 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,45 persen
dan kelompok kesehatan 0,74 persen. Terakhir, kelompok sandang ikut menyumbang
inflasi pada Desember 2014 yaitu sebesar 0,64 persen dan kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga yang hanya menyumbang inflasi 0,36 persen. Suryamin
mengatakan dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) seluruhnya mengalami
inflasi pada Desember, dengan inflasi tertinggi di Merauke 4,53 persen dan
terendah di Meulaboh 1,17 persen.
DAFTAR PUSTAKA
https://alihamdan.id/inflasi/
https://blog.ruangguru.com/apa-itu-inflasi-dan-apa-saja-penyebabnya
https://ahmadmuchtaroby77.wordpress.com/2017/05/14/makalah-inflasi/
Comments
Post a Comment